Perspektif Hindu dalam Membudayakan Toleransi Beragama

Oleh Aditya Arya Pujiatmoko

Foto: Pixabay

 

Kemajemukan masyarakat Indonesia berdasarkan agama terdiri atas enam agama serta lebih dari 300 suku bangsa yang tersebar dalam jangka waktu dan ruang yang luas. Dari semua kemajemukan agama dan banyaknya budaya yang berkembang di lingkungan masyarakat tak jarang menimbulkan praktik intoleransi di dalam kehidupan sehari-hari.
Pada hakikatnya semua agama tidak ada yang mengajarkan inteloransi, semua agama mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berpikir, berucap dan berbuat yang baik dan benar, tidak ada satu agama apapun yang mengajarkan kekerasan, kebencian dan kemunafikan. Setiap agama mengajarkan prinsip-prinsip kebenaran (Satya), kebajikan (Dharma), kedamaian (Santi), kasih sayang (Prema) dan tanpa kekerasan (Ahimsa) dengan tujuan agar umatnya mendapatkan kebahagiaan.
Budaya toleransi lahir dari semua prinsip agama. Kehidupan yang damai tidak mungkin terwujud tanpa adanya toleransi. Makna toleransi dalam kebinekaan yaitu, sikap saling menghormati, menghargai, memahami maupun saling menerima adanya perbedaan. Karena, perbedaan adalah suatu keniscayaan yang tidak dapat dihindari.
Tetapi pada kenyataannya dalam memaknai toleransi dan menerapkan di kehidupan sehari-hari tidak semudah yang diajarkan. Seperti yang kita ketahui dengan kemajemukan agama yang ada akan memberikan tantangan dalam membangun budaya toleransi. Tantangan utamanya ialah tumbuhnya budaya intoleransi meliputi fanatisme sempit, merasa agamanya paling benar dan unggul, serta puritanisme beragama, yang dapat menyebabkan ketidakrukunan hidup umat beragama.
Dari tantangan tersebut dampak intoleransi yang ditimbulkan salah satunya adalah perusakan tempat ibadah. Hal ini dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Aksi tersebut terjadi karena keinginan suatu kelompok kecil tertentu yang ingin menciptakan konflik dan merusak budaya toleransi yang sudah diwariskan secara turun-temurun di Indonesia. Aksi-aksi seperti inilah yang seharusnya kita cegah untuk tidak disebarluaskan, karena Hindu percaya sesungguhya tidak ada satu ajaran apapun yang mengajarkan intoleransi.
Dalam ajaran Hindu, ada tiga ajaran atau tuntunan suci yang sangat relevan dalam menumbuhkembangan sikap toleransi, dikutip dari Kemenag RI (2021).
Pertama, Vasudhaiva Kutumbhakam. Yang artinya, kita semua bersaudara. Dengan menghayati ajaran Vasudhaiva Kutumbhakam, pikiran-pikiran sempit yang dipengaruhi ego hendaknya dihilangkan agar kita bisa meningkatkan nilai kemanusiaan, yakni cinta kasih terhadap semua makhluk hidup. Membantu sesama manusia adalah salah satu implementasi dari ajaran suci Vasudhaiva Kutumbhakam.
Kedua, Tat Tvam Asi. Yang berarti aku adalah engkau. Ajaran ini mengembangkan sifat saling asah, asih, dan asuh. Di sini kita diajarkan untuk mengenal dan melaksanakan rasa kebersamaan. Serta sikap goyong royong dan tolong menolong hendaknya selalu dikedepankan. Dari Tat Tvam Asi ini, kita diharapkan mampu untuk bercermin diri bahwa sebenarnya kedudukan sebagai sesama manusia adalah setara.
Ketiga, Tri Hita Karana. Artinya, tiga penyebab terciptanya kebahagiaan. Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dengan lainnya agar tercapai ketenteraman dan kedamaian. Pembagian Tri Hita Karana sebagai berikut (a) hubungan serasi manusia dengan Sang Hyang Widi/Tuhan. (b)Hubungan selaras manusia dengan manusia, dan (c) Hubungan seimbang manusia dengan alam.
Dalam menjaga keharmonisan, kita hendaknya mempunyai toleransi yang tinggi terhadap sesama dengan membuang jauh-jauh sikap intoleransi yang berdasarkan agama, derajat, ras, suku, bahasa, tradisi, maupun warna kulit. Sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan, manusia diajarkan untuk tidak membeda-bedakan ciptaan-Nya dan dapat belajar menghargai arti perbedaan.
Dalam Atharvaveda menyebutkan bahwa kita hendaknya menghormati pemeluk agama, bahasa, dan budaya yang berbeda. Mengembangkan persahabatan dan kekeluargaan.
Janay bibhrati bahudhavivacasay
Nanadharmanay pathivi yathaikasam
Sahasray dhara dravidasya me duhay
Dhraveva dhenuranapasphuranti
(Atharvaveda.XII.1.45)
Artinya :
Bekerjalah keras untuk kejayaan ibu pertiwi, tumpah darah dan bangsamu yang menggunakan berbagai bahasa. Berilah penghormatan yang pantas kepada mereka yang menganut agama yang berbeda. Hargailah mereka seluruhnya seperti halnya keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Curahkanlah kasih sayangmu.

Dari mantra suci Atharvaveda tersebut dapat dipahami bahwa kebinekaan merupakan bagian dari sebuah kehidupan yang patut untuk dihargai dan dijaga, selayaknya kita bersikap terhadap diri sendiri.
Tidak ada alasan bagi manusia untuk saling membenci dan tidak menghargai semua perbedaan yang ada. Untuk itu, mari kita bersama-sama menumbuhkan sikap toleransi dan saling menghargai sesama makhluk ciptaan Tuhan dalam rangka meraih kehidupan yang harmonis.

Baca juga

Hei, Jangan Mudah Percaya !!

Hei, Jangan Mudah Percaya adalah tema kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Budaya Kerja …