PUASA BERBAGAI AGAMA

Oleh
Laurensius Bimo, Nicodemus Anggara, Aditya Arya Pujiatmoko

Ibadah puasa sangat populer dilakukan di Indonesia terutama bagi Muslim yang menunaikan ibadah puasa pada bulan Ramadan selama satu bulan sebelum hari raya Idul Fitri. Puasa tidak hanya dilakukan oleh muslim tetapi juga agama lain. Umat Kristiani juga melaksanakan ibadah puasa. Dalam ajaran agama saya yang biasanya dilakukan pada masa pra Paskah. Mengutip Jurnal Doa Puasa dan Manfaatnya Terhadap Kehidupan Orang Percaya oleh Demianus Nahaklay (2020:32), puasa adalah berpantang makan dari makanan meskipun lapar, sehingga pikiran fokus kepada Tuhan. Di sisi lain, puasa juga dapat diartikan sebagai doa, dan mengurangi hal-hal lahiriah atau duniawi untuk mendapat berkat-berkat rohani.
Ada beberapa jenis puasa yang saya ketahui dalam ajaran agama saya, puasa biasa adalah dengan pantang semua makanan, baik yang keras ataupun makanan yang lembut, tetapi tetap meminum air. Puasa penuh adalah tidak makan dan tidak minum, yang saya ketahui puasa ini berjarak 24 jam, jadi apabila makan jam 7 pagi, maka makan selanjutnya juga jam 7 pagi namun, yang dilakukan oleh Tuhan Yesus benar-benar tidak makan dan minum selama 40 hari tetapi, hal tersebut mustahil dilakukan oleh manusia seperti kita karena bisa menyebabkan kematian, puasa sebagian adalah membatasi makanan dan minuman yang biasanya kita sukai namun, bukan berarti kita tidak makan sama sekali. Jujur saja saya jarang melakukan puasa dan puasa yang saya lakukan dulu hanya puasa sebagian, puasa biasa dan puasa penuh belum pernah saya lakukan sampai sekarang.
Ada beberapa tujuan puasa yang saya ketahui dalam ajaran agama saya adalah untuk merendahkan diri pada Allah, untuk menjadikan kita lebih dekat dengan Allah, untuk menyatakan rasa syukur atau terima kasih atas berkat-Nya selama ini dalam hidup kita, untuk membuat kita menjauhi keinginan duniawi. Puasa dalam ajaran agama saya sebenarnya tidak wajib dilakukan atau dilakukan secara sukarela bagi pribadi masing-masing, karena Allah tidak mengharuskan umat-Nya untuk berpuasa. Itu saja yang saya ketahui, apabila ada kesalahan atau kekeliruan dalam pemahaman saya tentang puasa bagi umat Kristiani, saya mohon maaf. (Nicodemus Anggara Wahyu Jatmika)

 

Puasa bagi umat Katholik? Bagi umat Katholik seperti saya puasa dan pantang artinya adalah tanda pertobatan, tanda penyangkalan diri, tanda mempersiapkan pelayanan dan tanda kita mempersatukan sedikit tentang pengorbanan Yesus di kayu salib demi menebus dosa manusia dan mendoakan keselamatan dunia. Karena kehendak Tuhan yang terutama adalah keselamatan dunia, maka melalui puasa dan pantang, kita diundang Tuhan untuk mengambil bagian dalam karya penyelamatan dunia, dengan cara yang paling sederhana, yaitu berdoa dan menyatukan pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib.
Puasa dan berpantang diwajibkan untuk umat yang berusia 18 tahun sampai awal 60 tahun. Sedangkan berpantang wajib dilaksanakan umat saat berusia 14 tahun lebih. Karena saya baru berusia 18 tahun saya hanya sudah melaksanakan berpantang. Pantang yang dimaksud adalah setiap keluarga atau kelompok atau perorangan memilih dan menentukan pantangan mereka sendiri.
Saat berpantang saya memilih makanan atau minuman yang sering saya konsumsi. Contoh ketika saya suka daging dan minum minuman bersoda,saya akan tidak mengkonsumsi makanan atau minuman itu disaat melaksanakan pantang. Pantang tidak harus sebatas pantang makanan atau minuman. Namun pantang makanan menjadi hal mendasar yang dapat dilakukan semua orang.
Saya merasa cukup sulit ketika melaksanakan puasa. Karena menurut saya yang tahu akan kita sukses atau tidaknya puasa kita hanya diri kita sendiri. Saat merasa puas atau merasa cukup ketika makan hanya kita sendiri yang tahu
Saat Waktu berpuasa, kita makan kenyang satu kali dalam 24 jam. Dapat dipilih sendiri pagi, siang atau malam. Harap dibedakan makan kenyang dengan makan sekenyang-kenyangnya. Karena maksud berpantang juga adalah untuk melatih pengendalian diri,maka kita harus pandai pandai membedakan rasa kenyang dan cukup. Walaupun kita boleh makan kenyang satu kali, kita juga tidak diperbolehkan untuk memakan camilan.
(Laurensius Bimo Harwiatmojo)
Puasa menurut ajaran Agama Hindu disebut dengan Upawasa. Upawasa berasal dari bahasa sansekerta antara gabungan dua kata yaitu Upa yang berarti dekat atau mendekat, dan Wasa yang berarti Tuhan Yang Maha Kuasa. Jadi Puasa/Upawasa menurut Agama Hindu artinya mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha esa. Puasa menurut Hindu tidak sekedar menahan haus dan lapar, tetapi untuk mengendalikan nafsu dan indria. ‘Indria haruslah berada dibawah pikiran yang sempurna, dan pikiran berada dibawah kesadaran budhi. Dengan terkendalinya indria, maka pikiran kita terkendali sehingga mendekatkan kita dengan kesucian dan tentunya Tuhan,” (I GST NGR AGUNG KRISNA PUTRA- 7 September 2021).
Salah satu contoh puasa dalam Agama Hindu adalah pada saat hari raya Nyepi. Hari raya Nyepi dalam agama Hindu adalah hari raya yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka. Hari raya Nyepi jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX). Pada saat memperingati hari raya Nyepi umat Hindu melaksanakan puasa/upawasa yang dimulai pukul 06.00 sampai pukul 06.00 hari berikutnya dan melaksanakan Catur Brata Penyepian selama 24 jam atau satu hari penuh.
Catur Brata Penyepian adalah empat pantangan yang harus dipatuhi oleh umat Hindu ketika Hari Raya Nyepi. Bagian-bagian Catur Brata Penyepian antara lain:
Yang pertama, Amati Geni yaitu tidak menyalakan api maksudnya tidak melakukan kegiatan yang kaitannya dengan menggunakan api, terkait dengan memasak makanan dan minuman sehingga umat Hindu melaksanakan puasa atau upawasa dalam kurun waktu 24 jam. Hal ini agar umat manusia bisa merasakan bagaimana merasakan upawasa sehingga tubuh ini berhenti beraktivitas secara penuh.
Yang kedua, Amati karya yaitu tidak melakukan kerja maksudnya tidak melakukan pekerjaan apapun sehingga dalam masa ini khusus untuk instrupeksi diri bagaimana diri ini hanya memikirkan langkah apa yang telah dilalukan dan apa yang akan dilakukan. Dengan menghentikan aktivitas kerja selama 24 jam ini manusia diharapkan mawas diri agar kehidupsn ke depan lebih baik lagi.
Yang ketiga, Amati Lelanguan yaitu tidak melakukan kesenangan maksudnya tidak melakukan segala kesenangan baik kesenangan melalui panca indria maupun dasa indria. Dengan menghentikan semua kesenangan ini agar terfokus pada pengendalian diri sehingga manusia mampu menghadirkan bagaimana menyikapi bahwa kesenangan dapat membuat manusia lupa diri.
Yang keempat, Amati Lelungan yaitu tidak melakukan aktivitas berpergian maksudnya tidak melakukan berpergian agar umat manusia hanya fokus pada mawas diri sehingga tidak melakukan kesalahan dalam suatu perjalanan di luar sana. Dengan tidak berpergian ini diharapkan umat manusia dapat mawas diri bagaimana yang bisa setahun yang lalu dan setahun harus dilakukan setahun ke depan. (Bimas Hindu kemenag-2021)
Selain hari raya Nyepi umat Hindu melaksanakan puasa/upawasa pada hari raya Siwaratri, pada bulan Purna dan tilem serta hari-hari tertentu lainnya. (Aditya Arya Pujiatmoko)

Baca juga

Hei, Jangan Mudah Percaya !!

Hei, Jangan Mudah Percaya adalah tema kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Budaya Kerja …