Ibadah Para Pemuda

Oleh Tim Literasi Keberagaman SMA Negeri Kerjo

Pasca reformasi tahun 1998, Presiden Abdurrahman Wahid mencabut instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 dan keputusan Mendagri Tahun 1978. Pencabutan keputusan tersebut menegaskan bahwa Indonesia memiliki enam agama resmi yang diakui, yakni Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Masyarakat Indonesia bebas memilih dan memeluk agamanya. Kebebasan beragama dan beribadah tersebut diatur dalam pasal 28E ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi “Setiap warga negara bebas memeluk agama dan beribadah sesuai agamanya”
Tim literasi keberagaman SMA Negeri Kerjo melakukan wawancara dengan 3 orang pemuda dengan latar belakang agama yang berbeda tentang ritual ibadah mereka masing-masing. Wawancara dilakukan di wilayah Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar. Berikut liputannya.
Wawancara pertama dilaksanakan pada Hari Minggu 19 Desember 2021. Narasumber wawancara adalah Kristina, yang merupakan salah satu pemuda gereja GKJ Sumbersari yang beralamat di Sumbersari, Trengguli, Jenawi, Karanganyar.
Gereja Kristen Jawa Sumbersari atau biasa disebut dengan GKJ Sumbersari selalu mengadakan ibadah rutin untuk semua kalangan mulai dari anak-anak, remaja dan orang tua pada setiap Hari Minggu pagi.Ibadah Minggu dimulai pada pukul 10.00 WIB dan selesai pukul 12.00 WIB. Selain ibadah rutin pemuda gereja juga mengadakan ibadah khusus untuk para pemuda yang dilakukan pada Sabtu malam .
“Ibadah di Gereja Sumbersari ini setiap Hari Minggu mulai pukul 10.00 WIB, itu semua jemaat disini gabung jadi satu. Kalau untuk pemuda biasanya malam Minggu kumpul untuk ibadah persekutuan do’a” ujar Kristina mengenai waktu ibadah di gerejanya.
Perkumpulan pemuda gereja mengutamakan ibadah sebelum melakukan kegiatan lain. Setelah ibadah selesai biasanya mereka melakukan diskusi atau sharing-sharing antar pemuda, yang biasanya membahas mengenai problem-problem yang dialami dan berusaha memecahkan masalah tersebut secara bersama-sama. “Sebelum kita membahas yang lain kita utamakan ibadah terlebih dahulu. Setelah ibadah itu kita nanti sharing kayak temen yang datang kita tanya ada masalah apa atau problem apa yang mereka alami, nanti kita bahas dan do’a sama-sama biar masalah itu selesai,” katanya.
Pada saat melaksanakan ibadah bersama para pemuda, mereka berfokus pada penyembahan untuk penguatan iman. “Kalo remaja sendiri kita fokus kepenyembahan kayak ibadahnya lebih fokus ke iman gitu,” jelasnya.
Untuk melaksanakan suatu kegiatan gereja, pemuda gereja biasanya harus mencari waktu-waktu yang tepat. Karena jarak sekolah mereka yang berbeda-beda. “Karena kitakan sekolahnya sudah jauh-jauh ya kak, sekolahnya udah dari mana-mana kalo pas ketemu gitu paling cuma sharing-sharing gitu, kalau mau buat event cari jadwal yang longgar gitu agar semuanya bisa ikut,” tambahnya.
Di kegiatan hari raya para pemuda berkontribusi dalam kelancaran seluruh kegiatan, dengan membantu menyiapkan dekorasi tempat serta konsumsi kegiatan. “Kita perannya itu nanti dibagi sama pemuda dewasa, kalo pemuda remaja itu dikasih tahu bantu-bantu buat nyiapin dekor untuk natalan, nyiapin buat konsumsi kayak gitu,” pungkasnya.

Wawancara kedua dilakukan pada hari Minggu, 19 Desember 2021 dengan narasumber Aditya Arya Pujiatmoko, yang merupakan salah satu pemuda Hindu Pura Giri Loka yang berlokasikan di Temuireng, Trengguli, Jenawi, Karanganyar.
Di samping ibadah dan upacara hari raya umat Hindu, Ibadah di Pura Giri Loka atau pertemuan rutin setiap satu minggu satu kali atau yang biasa disebut dengan Sarasehan dilakukan pada hari Selasa. Sarasehan rutin dibagi menjadi tiga kelompok yakni, kelompok ibu-ibu dan kelompok adik-adik atau yang biasa disebut dengan pasraman yang dilakukan bersamaan pada waktu sore hari pukul 16.00-17.00 WIB, dan kelompok bapak-bapak dilaksanakan pada waktu malam hari tepatnya pada pukul 19.00-21.00 WIB. “Biasanya ibadah di sini di hari-hari raya, setiap bulan ada purnama sama tilem, tapi untuk ibu-ibu sarasehan dan adik-adik pasraman sama bapak-bapanya itu biasanya di hari Selasa,” kata Arya.
Selain bapak, ibu, dan adik-adik. Pemuda pura Giri Loka juga tergabung dalam suatu organisasi kepemudaan Hindu yaitu Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (Peradah). “Kita kan di sini ada organisasi yaitu Peradah yang tingkatannya dari kecamatan sampai ke tingkat nasional, biasanya kita pemuda Pura Giri Loka nanti gabungnya sama Peradah Kecamatan Jenawi,” tambahnya.
Peradah Jenawi juga mengadakan kegiatan-kegiatan yang menarik dan mengedukasi. Salah satu kegiatan yang telah terlaksana adalah kegiatan Peradah Jenawi Mengajar yang dilakukan secara bergiliran di masing-masing pasraman yang ada di Jenawi. Tujuan dari kegiatan itu yaitu untuk menambah semangat adik-adik dalam belajar di pasraman
“Saat kumpul itu membahas kegiatan yang akan dilakukan, untuk saat ini kegiatan Peradah baru berfokus pada kegiatan Peradah Jenawi mengajar, jadi mengajar adik-adik Pasraman yang ada di setiap pura,” ujarnya.
Kendala-kendala saat melaksanakan kegiatan di Peradah. “Kami (peradah Jenawi) berasal dari berbagai latar belakang. Mulai dari usia, kesibukan dan lain sebagainya. Dengan itu, jika kita ingin mengadakan rapat atau kegiatan Peradah kadang terkendala dengan waktu atau hal lainnya,” jelasnya.
Pada saat hari raya umat Hindu, pemuda pura ikut berkontribusi dengan membantu menyiapkan sesaji yang akan digunakan dalam persembahyangan peringatan hari raya tersebut. “Biasanya kalau ada hari raya pemuda-pemuda itu ikut membantu menyiapkan sesaji yang akan digunakan untuk hari raya. Nah biasanya setelah hari raya kita bikin event seperti Peradah Jenawi Mengajar tadi kadang-kadang kita menggambil event hari raya itu untuk memeriahkan hari raya,” pungkasnya.


Foto wawancara dengan Aditya Arya

Wawancara ketiga dilakukan dengan Ardi Candra Ramadhany, Narasumber adalah salah satu pemuda Islam di masjid Al-Huda yang berlokasikan di Tanggung, Menjing, Jenawi, Karanganyar pada hari Minggu 25 Desember 2021.
Menurut Ardi pemuda di masjid Al-Huda terbilang sedikit, tetapi untuk umat dewasa seperti bapak-bapak dan ibu-ibu serta anak-anak yang banyak. “Untuk pemuda itu sedikit, banyaknya itu bapak-bapak, ibu-ibu dan anak-anak,” ujar Ardi.
Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) dilaksanakan secara rutin di masjid Al-Huda, kegiatan ini dihadiri oleh seluruh anak-anak disekitar lokasi masjid. TPA dilaksanakan seminggu tiga kali, tetapi di hari-hari tertentu TPA diliburkan seperti pada saat hujan tuturun. “Kalau untuk anak-anak itu setiap Hari Selasa Jumat dan Minggu diadakan TPA waktunya jam 15.00 WIB sampai jam 16.30 WIB, tapi kalau cuaca sedang hujan TPA ditiadakan,” tambahnya.
Pemuda Masjid Al-Huda jarang untuk mengadakan kumpul pemuda, tetapi mereka sering mengadakan kegiatan pengajian masjid dan peringatan hari raya umat Islam. “Untuk sering ngadain kumpul itu tidak, tapi sering ngadainnya seperti pengajian dan hari-hari besar Idul Adha dan Idul Fitri,” katanya.
Pada saat pengajian persiapan kegiatan tidak hanya dilakukan oleh orang-orang dewasa, persiapan dibantu oleh pemuda-pemuda masjid dengan membantu mempersiapkan tempat pengajian dan mencari pengisi untuk pengajian yang akan dilaksanakan tersebut. “Untuk saat pengajian itu pemudanya itu membantu menyiapkan tempat dan mencari pengisi.”
Tidak hanya kegiatan pengajian saja untuk para pemuda berkontribusi, di hari-hari besar mereka juga turut adil mengambil bagian dalam peringatan hari raya tersebut. Salah satu contohnya pada saat hari raya Idul Adha pemuda masjid ikut membantu mempersiapkan tempat dan membantu dalam penyembelihan hewan kurban sekaligus membagikan daging kurban kepada masyarakat sekitar.
“Saat hari raya itu seperti hari raya Idul Fitri itu menyiapkan tempat sama mencari imamnya. Kalo hari raya Idul Adha itu nyiapin tempat, mencari imam sama membatu menyembelih hewan kurban dan membagikan dagingnya ke masyarakat” tambahnya.

Foto Wawancara Ardi Candra Ramadhany
Tim Liputan : Rivano, Ari, Arya

Baca juga

Hei, Jangan Mudah Percaya !!

Hei, Jangan Mudah Percaya adalah tema kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Budaya Kerja …