Mengapa Literasi Keberagaman Penting ?

Oleh
Aditya Arya Pujiatmoko

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, juga banyaknya keanekaragaman suku, agama, ras dan antargolongan yang menciptakan norma-norma tertentu dalam suatu lingkup masyarakat. Dikutip dari Badan Bahasa Kemendikbud, Indonesia memiliki 652 bahasa daerah yang tersebar secara luas. Banyaknya bahasa daerah membuktikan keanekaragaman bahasa di Indonesia.
Beberapa contoh keanekaragaman bahasa daerah terlihat dalam pengucapan “selamat pagi” di berbagai daerah antara lain “seulamat beungoh” bahasa daerah Aceh, “selamek pagi” bahasa daerah Padang, “sugeng enjing” bahasa daerah Jawa, “selamat bisukan” bahasa daerah Banjar, “selemat pagi” bahasa daerah Minang, “amole” bahasa daerah suku Damal asal Papua.
Di era digitalisasi ini, keberagaman menjadi hal yang sangat sensitif. Keberagaman sering kali justru dijadikan persoalan. Salah satu contohnya adalah timbulnya fanatisme sempit. Hal itu terjadi karena adanya provokasi yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu. Apabila hal ini dibiarkan atau diabaikan begitu saja akan memicu tumbuhnya intoleransi di lingkungan masyarakat dan berpotensi menciptakan konflik serta dapat menghancurkan bangsa.
Mengapa literasi keberagaman di negeri ini perlu terus digelorakan? Sedangkan di sisi lain bangsa Indonesia adalah bangsa yang berlandaskan Pancasila dan negara hukum yang melindungi seluruh perbedaan yang ada?
Jika kita melihat data dari Perpustakaan Kemendagri tingkat literasi Indonesia pada penelitian yang dilakukan di 70 negara, Indonesia berada pada peringat 62. Hal ini membuktikan bahwa minat baca di Indonesia masih sangat rendah. Menurut data UNESCO minat baca masyarakat Indonesia dari 1.000 orang, hanya 1 orang yang rajin membaca. Ironisnya dengan sedikitnya orang Indonesia yang memiliki minat membaca, tetapi banyak opini yang dilontarkan masyarakat di media sosial yang tidak jarang menimbulkan perdebatan bahkan konflik karena perbedaan pandangan. Tidak mengherankan apabila bangsa Indonesia mudah terprovokasi dan termakan hoak. Cepatnya persebaran informasi tanpa dicerna oleh pemikiran atau otak manusia terlebih dahulu berpotensi besar dapat memecah belah keutuhan bangsa dan negara.
Di samping minat baca yang rendah, toleransi antara SARA di Indonesia juga masih tergolong rendah hal ini sesuai dengan data Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) 2020. Intoleransi di Indonesia masih terus meningkat setiap tahunnya. Peningkatan intoleransi yang terus meningkat disebabkan oleh beberapa faktor yang mendasar antara lain pendidikan sejak dini yang sudah menanamkan indoktrinasi, kesenjangan sosial masyarakat dan aparat penegak hukum yang kurang tegas dalam menindak kasus-kasus intoleransi.
Dari minimnya minat baca masyarakat Indonesia dan semakin meningkatnya kasus intoleransi yang berpotensi menciptakan konflik di antara keanekaragaman yang ada dibutuhkan solusi untuk mencegah perpecahan yang terjadi apabila hal itu dibiarkan begitu saja.
Salah satu solusi yang tepat bagi bangsa saat ini khususnya bagi generasi muda yaitu meningkatkan minat membaca sejak dini dengan melalui cara-cara yang yang menarik serta menanamkan pemahaman bahwa perbedaan sebagai suatu kekayaan luhur bangsa sesuai dengan ideologi Pancasila. Indoktrinasi harus dihilangkan dari seluruh elemen masyarakat sejak usia dini. Pada dasarnya fanatisme yang menyebabkan intoleransi terjadi ketika suatu kelompok kecil tertentu melakukan indoktrinasi kepada generasinya sejak dini. Intoleransi di lingkungan mereka sudah tertanam di sejak dini dan akan mendarah daging dalam diri mereka.
Literasi keberagaman merupakan langkah pasti yang dapat dilakukan sebagai solusi dari permasalahan literasi dan permasalahan intoleransi yang ada sekarang ini. Melalui literasi keberagaman diharapkan minat baca generasi muda dapat meningkat. Generasi muda juga memiliki jiwa toleransi tinggi dalam memandang kemajemukan masyarakat. Apabila suatu bangsa memiliki minat baca yang tinggi tentu akan melahirkan suatu bangsa yang cerdas dengan pemikiran atau sudut pandang yang lebih luas. Dengan demikian suatu rumor tidak dengan mudah diterima begitu saja dan masyarakat tidak mudah termakan hoaks. Mereka akan sangat sulit untuk diprovokasi oleh oknum, kelompok tertentu yang ingin menciptakan konflik di negeri ini.
“ Inilah waktunya untuk setiap orang tua untuk mengajarkan generasi muda bahwa di dalam keberagaman ada keindahan dan kekuatan “ (Maya Angelou, penyair dan penulis Negro-Amerika). Melalui literasi keberagaman aksi nyata tentang kemajukan atau keberagaman di Indonesia ditunjukkan. Keberagaman adalah kekayaan bangsa yang dapat dikembangkan dan dapat dijadikan daya dukung dalam kemajuan suatu bangsa.

Baca juga

Hei, Jangan Mudah Percaya !!

Hei, Jangan Mudah Percaya adalah tema kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Budaya Kerja …